سۡمِ ٱللهِ ٱلرَّحۡمَـٰنِ ٱلرَّحِيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Terpesona dengan kesergaman sebuah masjid berkubah kuning sebaik menjejak kaki di lapangan terbang Sultan Syarif Kasim II di Pekan Baru, Riau, aku bertanya pak supir yang memandu bas airport. Masjid apa tu? Lancang Kuning, jawabnya.
Riau adalah negeri orang Melayu. Kisah Lancang Kuning telah difilemkan semasa aku diperingkat umur juvenil.
Cerita ringkas Lancang Kuning:
Lancang kuning berasal dari kata
“lancang” (perahu kebesaran kerajaan) dan uning” (warna kebesaran
kerajaan). Lancang Kuning adalah nama perahu besar kerajaan yang
digunakan sebagai kendaraan air oleh raja-raja Melayu Riau. Adapun
legenda atau cerita rakyat ini diangkat dari nama itu, karena legenda
ini menceritakan peristiwa yang terjadi dalam lingkungan kerajaan.
Lancang Kuning
Suatu hari, Datuk Laksamana pemimpin
Bukit Batu Bengkalis di Riau, memanggil dua panglimanya, yaitu Panglima
Umar dan Panglima Hasan menghadap ke istana untuk diberi tugas ke
Tanjung Jati menumpas perompak atau lanun yang selalu mengganggu kawasan
tersebut di Senggoro kawasan mana tempat mata pencarian nelayan Bukit
Batu. Dengan ketaatannya, Panglima Umar langsung berangkat melaksanakan
tugas ini, meskipun harus meniggalkan istrinya yang cantik bernama
Zubaidah. Sementara itu Panglima Hasan tidak ikut berangkat melaksanakan
tugas itu, karena ternyata berita adanya perompakan di Tanjung Jati itu
hanyalah rekayasa siasat Panglima Hasan sendiri agar Panglima Umar jauh
dari isterinya Zubaidah dan Datuk Laksamana.
Selama kepergian Panglima Umar,
diam-diam Panglima Hasan berusaha merayu Zubaidah agar mengkhianati
suaminya dan menjanjikan kehidupan lebih baik, namun Zubaidah bertahan
dengan kesetiaan dan marwahnya. Situasi ini membuat hati Panglima Hasan
semakin marah dan brutal. Panglima Hasan mencari akal menghabisi
Zubaidah. Nah,bertepatan ketika peluncuran Lancang Kuning ke air,
tiba-tiba Lancang Kuning berhenti tidak bergerak sama sekali, maka
Panglima Hasan memutuskan mengambil Zubaidah sebagai tumbal untuk
galangan lancang. Dengan bergalangan tubuh Zubaidah, maka lancang
berhasil diluncurkan ke laut dan Zubaidah pun mengakhiri hidupnya di
bawah lancang.
Tak lama setelah kematian Zubaidah,
Panglima Umar yang baru pulang dari Tanjung Jati mendapat fitnah yang
dibuat oleh Panglima Hasan sendiri, bahwa Datuk Lasemana lah yang
membunuh Zubaidah dengan menjadikan tubuh Zubaidah sebagai tumbal
galangan lancang. Hasutan Panglima Hasan ini termakan oleh Panglima Umar
dan membuat Panglima Umar menjadi kalap dan amat marah. Tanpa pikir
panjang Panglima Umar membunuh Datuk Laksemana. Detik-detik menjelang
ajalnya Datuk Laksemana memberi sumpah kepada Panglima Umar, bahwa
apabila Panglima Umar melewati Tanjung Jati, akan tenggelam bersama
kapalnya.
Setelah itu barulah Panglima Umar sadar
akan fitnah itu, pertikaian dengan Panglima Hasan pun terjadi, dan
berakhir dengan kematian Panglima Hasan yang tragis di ujung keris
Panglima Umar.
Panglima Umar pun pergi menjalankan
kutukan dari Datuk Laksemana, berlayar keperairan Tanjung Jati dan
tenggelam. Sejak saat itu pulau Bengkalis dikenal daerah yang sangat
sepi dari penduduk dibandingkan masyarakat di daerah Riau lainnya sampai
sekarang.
Sumber cerita: http://www.riaumagazine.com/sinopsis-lancang-kuning/